Jumat, 25 Desember 2009

HIV/AIDS

2. Definisi
HIV
Human immunodeficiency virus adalah virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV yang dulu disebut sebagai HTLV-III (Human T cell lympothropic virus Tipe III) atau LAV (Lymphadenopathy Virus), adalah virus sitopatik dari famili retrovirus. Hal ini menunjukkan bahwa virus ini membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA).
Virus ini memiliki kemampuan unik untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi (dari DNA ke RNA) dan translasi (dari RNA ke protein) pada umumnya.
AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit karena menurunnya system kekebalan tubah yang disebabkan oleh infeksi HIV.

3. Etiologi
Etiologi infeksi HIV/AIDS berdasarkan kelompok yang beresiko tertular dan aktivitas yang menyebabkan penularannya:
Kelompok Aktivitas yang Menyebabkan Penularan
Pria homoseksual Pasangan seksual yang banyak, hubungan seksual secara anal
Pasangan seksual wanita Hubungan seksual melalui vagina dengan orang-orang yang telah terinfeksi HIV
Anak-anak yang dilahirkan ibu yang terinfeksi HIV Penularan melalui pasenta
Ketagihan pemakaian obat secara I.V Penggunaan jarum secara I.V bersama-sama.
Hemopillia Unsur darah yang diproduksi (faktor VIH)
Penerima tranfusi darah Donor dari darah yang telah terinfeksi
Orang-orang asal Haiti Penularan secara homo ataupun heteroseksual
Afrika Tengah Terutama disebabkan penyebaran secara heteroseksual.

4. Patofisiologi
Virus memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Kelompok terbesar yang mempunyai molekul CD4 adalah limfosit T4 yang mengatur reaksi sistem kekebalan manusia. Sel-sel target lain adalah monosit, makrofag, sel dendrit, sel langerhans dan sel mikroglia. Setelah mengikat molekul CD4 melalui transkripsi terbalik. Beberapa DNA yang baru terbentuk saling bergabung dan masuk ke dalam sel target dan membentuk provirus. Provirus dapat menghasilkan protein virus baru, yang bekerja menyerupai pabrik untuk virus-virus baru. Sel target normal akan membelah dan memperbanyak diri seperti biasanya dan dalam proses ini provirus juga ikut menyebarkan anak-anaknya. Secara klinis, ini berarti orang tersebut terinfeksi untuk seumur hidup.
Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Aktifasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen, sitokin (TNF alfa atau interleukin 1) atau produk gen virus seperti sitomegalovirus (CMV), virus Epstein-Barr, herpes simpleks dan hepatitis. Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan dihancurkan. HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas ke dalam plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya. Karena proses infeksi dan pengambil alihan sel T4 mengakibatkan kelainan dari kekebalan, maka ini memungkinkan berkembangnya neoplasma dan infeksi opportunistic.
Sesudah infeksi inisial, kurang lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfe akan terinfeksi oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang perjalanan infeksi HIV; tempat primernya adalah jaringan limfoid. Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut. jika orang tersebut tidak sedang menghadapi infeksi lain, reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain atau kalau sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten yang diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV. Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV (65%) tetap menderita HIV/AIDS yang simptomatik dalam waktu 10 tahun sesudah orang tersebut terinfeksi.

5. Manifestasi klinis
Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang menyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat malam, diare kronik, kelelahan, limfadenopati.
Beberapa ahli klinis telah menggolongkan infeksi HIV dalam beberapa stadium, yaitu:
• Infeksi HIV stadium pertama
Pada fase ini terjadi pembentukan antibody dan memungkinkan juga terjadi gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.
• Persisten Generalized Limfadenopati
Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, keringat pada waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang pasti dan sariawan oleh jamur kandida di mulut.
• AIDS Relative Complec (ARC)
Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan tubuh. Disini penderita menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-kadang lebih dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada fase kedua.
• Full Brown AIDS
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan terhadap infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi radang paru pneumocytik, sarcoma kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis oleh kuman opportunistik, gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4 tahun, biasanya meninggal sebelum waktunya.

6. Memutuskan Kapan Memulai Terapi
Keputusan untuk memulai terapi tergantung pada kondisi masing-masing pasien dan harus mempertimbangkan konsentrasi RNA HIV-1 dalam plasma maupun jumlah sel CD4. Pengobatan mungkin disarankan untuk semua pasien yang mempunyai RNA HIV-1 plasma diatas 20.000 salinan per millimeter (melalui uji reaksi barantai kubik) atau sel CD4 dibawah 350 per millimeter kubik. Cukup beralasan untuk menangguhkan pengobatan bagi pasien jika prognosis jangka pendeknya sangat baik.

7. Diagnosa
Kriteria diagnostik HIV/AIDS dapat ditegakkan bila ditemukan dua tanda mayor dan satu tanda minor tanpa penyebab lain, yaitu :
a. Tanda Mayor
• Penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula.
• Diare kronik lebih dari 1 bulan.
• Demam menetap lebih dari 1 bulan intermitten dan konstan.
b. Tanda Minor
• Batuk menetap lebih dari 1 bulan.
• Dermatitis generalisata
• Herpes zoster rekuren
• Infeksi herpes simpleks virus kronik progresif disseminate.
• Penularan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar